Thursday, December 17, 2009

Din: Ada Standar Ganda Kebebasan beragama di Swiss



Ketua Umum PP Muhammadiyah menegaskan pihaknya mengundang masyarakat Swiss yang menolak pendirian menara masjid untuk datang ke Indonesia dan melihat bagaimana realitas kehidupan umat Muslim di Indonesia. ''Kami undang kelompok-kelompok masyarakat yang menolak itu untuk datang ke Indonesia dan melihat langsung kondisi Muslim di Indonesia,'' tegas Din saat menerima Kuasa Usaha Swiss, Sonja Hurlimann dan First Secretary George Stein, di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta Rabu (2/12).

Lebih lanjut Din menegaskan bahwa pihaknya kadang bingung dengan sikap dunia Barat, khususnya Swiss. ''Antara kenyataan dan apa yang diklaim bahwa menghargai multikulturalisme dan kebebasan beragama, tidaklah sesuai,'' tandas Din. ''Sangat wajar jika kami umat Islam dan ormas Islam menyesalkan, kami memprotes hasil referendum ini yang menunjukkan adanya standar ganda akan kebebasan beragama. Namun kami menghargai sikap pemerintah dan parlemen Swiss yang tidak menyetujui dari awal,'' ungkapnya.

''Ini merupakan pelanggaran terhadap HAM dan juga kebebasan beragama yang dijamin oleh Civil and Political Right. Sikap dari masyarakat Swiss menunjukkan wawasan sempit mereka serta standar ganda dalam mahami prinsip kebebasan beragama. Yang sekarang ini justru oleh negara Barat didesakkan untuk diterapkan di negara-negara berkembang,'' kata Din.

Din berharap kasus-kasus pelecehan agama ini berhenti dan berakhir di dunia Barat, khususnya Eropa. ''Baik dalam bentuk kartun, pelarangan jilbab, dan film-film yang menghina Islam. Kami harap ini kasus terakhir. Kami harap Swiss dan dunia Barat sadari kebebasan itu harus kita tegakkan bersama,'' kata Din.

Ditambahkan Din, pihaknya berharap pemerintah Swiss berikan penyadaran pada masyarakat Swiss akan kebebasan beragama. Ia juga menghimbau jangan sampai atas peristiwa ini bereaksi berlebihan. ''Jangan tindakan-tindakan kita berlebihan, apalagi terjebak pada kekerasan,'' paparnya.

Din juga meminta agar Kedubes Swiss di Indonesia bisa memfasilitasi adanya dialog multikulturalisme antara Indonesia dan Swiss. ''Kami harap pihak Kedubes Swiss bisa memfasilitasi dialog multikultural Indonesia-Swiss dan undang masyarakat Swiss yang berwawasan sempit itu,'' tandas Din.

Pada kesempatan yang sama, Sonja berterimakasih atas diberinya kesempatan untuk mengkalirifikasi apa yang yterjadi sebenarnya di Swiss. Diakuinya bahwa sama sekali tidak ada penolakan terhadap umat Muslim, agama serta kebudayaannya.

Dalam rilis dari pemerintah Swiss disebutkan bahwa menjelaskan bahwa sebagian besar pemilih dan kanton (negara bagian) di Swiss menyetujui prakarsa 'Menolak Pembangunan Menara Masjid'. Pemerintah Swiss (Dewan federal) menghormati keputusan ini. Dengan demikian pendirian menara masjid akan dilarang di Swiss. ''Empat menara masjid yang telah ada sekarang tetap dipertahankan. Pembangunan masjid juga dapat terus dilanjutkan. Penganut Islam di Swiss dapat hidup sesuai dengan kepercayaannya selama ini dan melaksanakannya secara individual maupun berkelompok,'' bunyi rilis tersebut.

Dikatakan bahwa Dewan pemerintah Swiss dan sebagian besar anggota parlemen telah menyatakan ketidaksetujuannya atas prakarsa ini sebelumnya. Menurut Eveline Widmer Schlumpf, Menteri Kehakiman dan Kepolisian Swiss, hasil dari pemilihan ini adalah ungkapan ketakutan penduduk akan aliran Islam fundamentalis, yang ditolak oleh tradisi kenegaraan dan melanggar aturan hukum di Swiss.

Diakui Sonja bahwa kekhawatiran ini harus ditanggapi serius. Pemerintah sudah sering melakukannya dan terus melanjutkannya di masa depan. Bagaimanapun pemerintah telah mengungkapkan pandangan, bahwa larangan pembangunan menara masjid baru bukanlah cara yang tepat untuk melawan tindakan ekstrimis.

Larangan ini tidak mempengaruhi keberadaan empat menara masjid yang sudah didirikan. Masjid dan tempat ibadah Islam lain dapat terus dibangun dan berfungsi. menurut Widmer Schlumpf, ini bukanlah penolakan terhadap masyarakat Muslim, agama dan kebudayaannya. Untuk itu pemerintah akan menjamin kebebasan beragama dari dulu hingga sekarang adalah elemen penting bagi pola keberhasilan Swiss. (Republika on line:rahmat santosa b/pur - Foto: mediaindonesia.com)

No comments:

Post a Comment